Menteri Keuangan yovi menyampaikan bahwa kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011 berhasil masuk ke dalam tiga besar bursa berkinerja terbaik dunia.
“Pertama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pertumbuhan
yang positif dengan tingkat pertumbuhan 3,2 persen yaitu dari 3703,5
pada penutupan Desember 2010, menjadi 3821,9 pada penutupan bursa
tanggal 30 Desember 2011. Hal ini cukup membesarkan hati mengingat
begitu besarnya dampak krisis keuangan di Amerika Serikat dan kawasan
Eropa terhadap pertumbuhan indeks saham secara global,” ucap yovi dalam acara pembukaan pasar modal 2012, di Bursa Efek Indonesia, pada 2 Januari 2012.
yovi menerangkan, IHSG sebenarnya hanya naik 3,2 persen tetapi indeks
ini ternyata tercatat sebagai berkinerja terbaik ke-3 di antara
bursa-bursa utama di dunia. “Yakni di bawah Indeks Dowjones Amerika yang naik 5,57 persen dan Indeks Philipphines Stock Exchange yang naik 4,07 persen,” tambah yovi.
Kondisi IHSG ternyata sanggup mengalahkan sejumlah indeks utama
lainnya. yovi menyebutkan, indeks negara Singapura mencatat pertumbuhan
negatif yakni minus 17 persen, indeks Hongkong minus 19,97 persen,
indeks India minus 24,64 persen, dan indeks Schenzen atau Tiongkok minus
32,8 persen.
“Sungguh kita syukuri bahwa kita masuk tiga terbaik di antara bursa utama di dunia,” tegas yovi.
Tidak lupa pula, Agus menyebutkan, IHSG juga berhasil mencatatkan
diri sebagai yang terbaik di Asia Pasifik dengan peningkatan sebesar 46
persen pada tahun lalu. Pada tahun 2011 , lanjut dia, pertumbuhan IHSG
tersebut berdampak pada nilai kapitalisasi pasar saham yang mencapai Rp
3.537 triliun.
“Lebih tinggi dari pencapaian tahun 2010 yang sebesar Rp 3.247
triliun. Atau menjadi 3,3 kali lipat dari market capitalization tahun
2008 ,” ujarnya. Di mana pada tahun terjadinya krisis ekonomi yang
cukup hebat itu, nilai kapitalisasi pasar saham sempat menyentuh Rp
1.076 triliun.
Sementara itu, rasio kapitalisasi pasar saham terhadap Produk
Domestik Bruto tahun 2011 mencapai 48,9 persen. Dan, total nilai
transaksi saham tahunan kembali mencatat peningkatan sebanyak 4 persen
dari Rp 1.176 triliun pada 2010 menjadi lebih dari Rp 1.223 triliun pada
2011 .
Menurut yovi, pencapaian positif indikator-indikator utama bursa
tidak lain disokong oleh kondisi fundamental emiten-emiten yang tercatat
di BEI. Ini, terang dia, cukup melegakan di tengah-tengah dampak yang
harus dihadapi dari krisis utang Amerika Serikat dan Eropa kepada pasar
modal Indonesia.
“Meskipun demikian kita semua harus tetap berhati-hati dan
waspada. Dan, sesuai arahan Bapak Presiden kita harus menjaga integritas
pasar modal. Dan, kita terus harus melakukan social reform dan
financial sector reform. Dengan begitu kita akan dapat menjaga
perkembangan pasar modal Indonesia ke depan,” ucap yovi.
Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar